Transformasi Digital Menjadi Obat Mujarab
Menghadapi tahun 2023, kita dihadapkan pada kewaspadaan terhadap badai ekonomi dunia yang nyata. Walaupun ekonomi Indonesia diprediksi tetap bisa bertumbuh cukup baik di kisaran 4,7-5,3% menurut Bank Indonesia, tidak berarti seluruh industri akan bertumbuh. Sebagian industri akan mengalami masalah besar karena pasar ekspor terutama ke Amerika Serikat yang melemah.
Buat pelaku industri dan masyarakat di Indonesia yang terdampak akan mengalami sakit kepala dan sulit tidur di sepanjang tahun 2023.
Bagaimana agar sakit kepala para pelaku industri tersebut bisa mereda? Di bawah ini saya akan mengulas prinsip-prinsip konvensional yang tidak diragukan lagi merupakan resep yang telah teruji dalam berbagai riset. Apa yang akan Anda dapat dari artikel ini adalah kumpulan resep tersebut, serta bagaimana mengonsumsi obat dalam resep tersebut dengan cara baru yang disebut dengan transformasi digital.
Pertama, alihkan konsentrasi kepada pasar domestik. Pasar domestik Indonesia mempunyai daya konsumsi yang cukup besar. Walaupun tidak sebesar Amerika Serikat, namun sesungguhnya pasar domestik Indonesia juga banyak dibanjiri produk impor yang terutama disebabkan oleh harga barang impor yang bisa lebih murah daripada produksi lokal.
Sudah saatnya kita merebut pasar barang-barang impor tersebut melalui mekanisme pasar maupun melalui keberpihakan bersama. Misalkan, para kontestan Pilpres dan Pilkada berkomitmen akan menggunakan barang dan jasa untuk kampanyenya 100% produksi domestik.
Untuk meraih pasar domestik lebih efisien, Anda perlu hadir di pasar digital. Pasar tradisional masih memainkan peran cukup penting dalam produk konsumen di Indonesia, namun seluruh statistik menunjukkan pergeseran yang cukup cepat dan besar dari pasar tradisional ke pasar digital. Tidak ada salahnya Anda membuat mobile-apps untuk produk Anda sendiri. Mulailah dengan aplikasi yang sederhana, yang bisa dibangun dengan harga di bawah Rp 50 juta. Suatu investasi yang sangat murah bukan?
Kedua, lakukan efisiensi operasional. Langkah pertama tersebut di atas tentunya berat jika memang harga produksi barang domestik kita masih lebih mahal daripada impor. Karena itu segala cara harus dilakukan agar produksi barang domestik kita murah. Seluruh rantai nilai harus dievaluasi dan diefisiensikan sehingga hasil akhir produksi bisa lebih murah.
Seringkali saya mendengar produsen mengatakan bahwa mereka sudah berusaha seefisien mungkin sehingga tidak bisa lagi lebih murah. Hal ini mirip seperti kita mendengar teman kita yang gemuk dan mengatakan segala hal telah diusahakan namun tetap gemuk. Suatu hal yang tidak mungkin menurut kedokteran. Jika ada kemauan, pasti bisa kurus.
Di samping itu, produsen barang kelas atas yang berorientasikan diferensiasi juga akan terdampak oleh persaingan harga murah. Bukankah persaingan harga murah sudah sejak dulu, bukan hanya di tahun 2023? Benar, namun di masa sulit orang akan cenderung membeli barang yang lebih murah. Hal ini bukan saja suatu logika, tapi sudah dikonfirmasi oleh berbagai riset. Bahkan Michael Porter, sang guru strategi dari Harvard Business School, membagi kuadran strategi menjadi dua: diferensiasi atau harga. Jadi strategi harga adalah sekuat keseluruhan strategi diferensiasi, dan di masa sulit traksi pasar akan turun ke kuadran harga.
Karena itu, bagi produsen yang mengandalkan diferensiasi dengan harga tinggi, berpikirlah untuk setidaknya mempunyai second-line yang merupakan petarung di segmen harga murah. Memang tidak mudah, karena bermain di segmen harga murah berarti seluruh rantai nilai harus seefisien mungkin, termasuk berkantor sekecil mungkin dan semurah mungkin serta mengambil penerbangan termurah bagi para eksekutifnya sekalipun. Disiplin seperti ini tentunya perlu komitmen.
Penerapan teknologi digital pada rantai nilai telah terbukti bisa menghasilkan efisiensi yang luar biasa. Sesungguhnya, di masa tekanan harga murah inilah momentum untuk pengusaha bertransformasi digital. Di saat semua baik-baik saja, orang seringkali tidak mau berubah drastis. Namun ketika dalam kondisi terdesak, orang bisa beralih 180 derajat.
Contohnya ketika pandemi Covid-19, rapat yang sebelumnya hampir pasti berupa kehadiran fisik, tiba-tiba menjadi rapat on-line. Ketika pandemi mereda, sebagian kembali melakukan rapat kehadiran fisik, namun sebagian besar rapat on-line masih dilakukan, karena terbukti itu paling efisien. Jika kita rapat kehadiran fisik, maka setengah dari waktu akan habis untuk basa-basi, menunggu yang terlambat, dan bicara yang tidak relevan, setengah lagi baru digunakan untuk tujuan rapat. Sedangkan jika kita rapat on-line, terasa sangat efisien langsung pada tujuan rapat. Demikian pula jika operasional perusahaan kita digital, akan sangat efisien dibandingkan dengan secara konvensional.
Ketiga, tingkatkan layanan pelanggan. Ketika harga sama murahnya, namun salah satu barang sulit dipesan, tentu otomatis konsumen memilih yang mudah dipesan. Seringkali produsen berkonsentrasi pada fitur inti produk, namun melupakan sisi layanan yang merupakan sisi terluar yang dirasakan oleh konsumen. Padahal sisi layanan itu bagaikan tampilan kulit wajah kita, yang seringkali kita rela bayar berobat agar kinclong walaupun tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Mengapa tidak kita usahakan agar tampilan wajah produk kita kinclong dengan layanan yang baik?
Digitalisasi sudah terbukti dapat meningkatkan layanan pelanggan. Dengan digitalisasi, setiap interaksi dengan pelanggan di mana pun terjadi –baik pembelian di toko maupun pembelian on-line (multichannel) misalnya– akan terekam. Belum lagi apabila kita bisa mengombinasikan dengan data yang kita peroleh dari channel lain seperti akun media sosial dan dari google, kita bisa mendapatkan akses omnichannel terhadap data pelanggan. Semakin kita mempunyai data pelanggan, makin baik layanan kita kepada pelanggan secara personal. Jadi dengan data, kita bisa tahu mana konsumen yang tidak suka makan duren supaya kita tidak menawarkan duren sebagai hadiah pembelian produknya, kira-kira begitu contohnya.
Keempat, perluas pasar. Kecocokan produk adalah suatu keniscayaan. Seorang pria tidak akan membeli BH untuk dipakainya walaupun harganya super murah dan dengan layanan boleh mencoba dulu sebelum bayar. Karena populasi pria setengah dari populasi, maka otomatis target konsumen BH menjadi setengah dari populasi suatu daerah. Karena itu, agar target konsumen membesar, caranya adalah dengan menambah daerah. Makin banyak daerah yang kita masuki, maka makin besar target konsumen yang bisa kita capai, dengan demikian kita punya potensi untuk menambah penjualan.
Banyak produsen kurang memperhatikan hal ini. Mereka sudah telanjur nyaman dengan pasar yang sudah terbiasa mereka jalani sehari-hari. Bagaikan kita yang setiap hari mengambil jalan yang sama menuju dan pulang dari kantor, sudah tidak mau mencoba jalan lain yang dirasa tidak senyaman jalan yang biasa kita pilih. Apabila benar-benar dievaluasi, masih banyak sekali daerah dan segmen konsumen yang belum diraih, bahkan dengan produk yang telah dimiliki bukan dengan produk baru.
Tentunya untuk membuat jaringan baru di daerah dan segmen konsumen lain tidak begitu mudah, perlu mengerti karakteristik mereka, perlu bersentuhan dengan mereka, dan perlu membangun hubungan dengan mereka. Hal ini bisa memakan biaya, dan yang lebih penting memakan waktu. Padahal hal ini kita perlukan hal ini segera.
Oleh karena itu, cara digital adalah cara yang paling cepat dan efisien untuk melakukan hal itu. Apabila perusahaan Anda telah terdigitalisasi, perusahaan Anda akan dapat terhubung dengan perusahaan lain secara digital, untuk bertukar kesempatan. Anda bisa meminta perusahaan lain untuk menjual produk Anda kepada konsumen mereka, dan sebaliknya Anda juga bisa membantu perusahaan lain menjual produk mereka kepada konsumen Anda. Hubungan ini bisa dibangun dengan sebanyak-banyaknya mitra, dengan Application Programming Interface (API) yang membuat sistem digital perusahaan kita berkomunikasi dengan sistem digital para mitra tersebut, tanpa memerlukan campur tangan orang di tengah. Karena itu, transaksi produk kita bisa dilaksanakan dengan cepat, bahkan oleh pihak lain melalui sistem mereka.
Kelima, perkuat sumber daya manusia (SDM) Anda dengan wawasan dan keterampilan digital. Keempat langkah yang disebutkan sebelumnya di atas, memerlukan SDM yang cakap digital. Berbagai riset telah jelas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang telah bertransformasi digital akan lebih baik dibandingkan perusahaan sejenis lainnya yang tertinggal dalam bertransformasi digital. Hal ini berlaku untuk semua industri.
Oleh karenanya, gunakan kesempatan untuk mengarahkan tekanan bisnis di tahun 2023 ini menjadi tekanan untuk bertransformasi digital, yang hasilnya akan dapat terlihat segera maupun terus akan menjadi keunggulan perusahaan Anda. Semua itu dimulai dengan SDM, termasuk Anda sendiri, yang kompeten digital.
Sebagai penutup, saya mengucapkan Selamat Tahun Baru 2023. Mari kita menyongsong tahun 2023 yang penuh tantangan dengan optimistis, karena kita tahu bagaimana mempersiapkan diri menghadapinya.
sumber : https://investor.id/opinion/317845/transformasi-digital-menjadi-obat-mujarab